Pages

Senin, 11 November 2013

Artikel tentang Tenun



A.    Pengertian Tenun
Tenun merupakan hasil karya berupa kain yang dibuat dengan benang dan dimasukkan ke dalam pakan pada alat yang disebut lungsin. Dan tenun masih terbagi lagi menjadi songket, yang merupakan tenun dengan benang emas atau perak, kemudian ada ikat, dobel ikat, dan pakan.
Nilai ke-Indonesia-an memang merupakan salah satu poin yang perlu diperhatikan oleh kain tenun saat ini. Hal ini terkait beberapa pakem desain yang memang selayaknya tidak berubah saat dikonstruksi.
Tenun merupakan teknik dalam pembuatan kain yang dibuat dengan azas (prinsip) yang sederhana yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Dengan kata lain bersilangnya antara benang lusi dan pakan secara bergantian.
Pembuatan kain tenun ini umum dilakukan di Indonesia. Terutama di daerah Jawa dan Sumatera. Biasanya produksi kain tenun dibuat dalam skala rumah tangga. Beberapa daerah yang terkenal dengan produksi kain tenunnya adalah Sumatera Barat, Palembang dan Jawa Barat.
Di balik itu juga pemerintah berencana untuk meregulasikan ketentuan dalam meletakkan nama Indonesia bagi para label internasional yang memang bekerja sama degan pengrajin, seperti yang pernah diungkapkan MS Hidayat, Menteri Perindustrian. Ada pun beberapa brand yang sempat membuat pamor tenun menjadi pembicaraan dunia mode seperti: Gucci, ETRO atau Dries Van Noten.
B. MACAM – MACAM TENUN

1. Kalimantan

Di Kalimantan, tenun yang terkenal dan sudah banyak beredar di mancanegara antara lain adalah tenun Sambas, tenun Sintang, dan tenun Dayak Iban dari Kalimantan Barat, tenun Doyo dari Kalimatan Timur, juga tenun Pagatan dari Kalimantan Selatan. Bahkan tenun Sambas, dikabarkan sempat mendapat klaim dari Malaysia.
Tenun Sambas
Kain tenun Sambas sendiri terkenal karena mempunyai motif khas, seperti lunggi pucuk rebung, dagin serong, dagin biasa dan cual padang terbakar. Bahan bakunya adalah benang emas. Sudah jarang generasi muda yang memiliki keterampilan untuk membuat kain tenun Sambas, sekarang hanya generasi tualah pengerajin kain Sambas yang masih bertahan.
Tenun Doyo
Kain tenun ini terbuat dari bahan alam, yaitu daun “ulap doyo” yang bentuknya menyerupai daun pandan yang seratnya kuat sehingga bisa dijadikan benang tenun.

2. Sumatera

Menurut beberapa kolektor tenun dunia asal Amerika Serikat dan Kanada, Sumatera memiliki potensi besar untuk dapat menjadi daerah tujuan wisata kain tenun dunia. Hal ini didasarkan pada kekayaan motif tenun juga sentra-sentra produksi tenun yang terdapat di pulau tersebut. Di daerah Sumatera, beberapa tenun yang terkenal antara lain adalah tenun Songket Pandai Sikek dan Silungkang dari Sumatera Barat, tenun Songket Jambi, tenun Melayu, Toba, Dairi, Simalungun, Tapsel, Pakpak dari Sumatera Utara, dan lain-lain.

Tenun Songket Jambi
Tenun dari daerah ini terkenal dengan keragaman motifnya. Motif-motif khas Jambi yang biasa digambarkan di tenun ini antara lain adalah angso duo, kembang duren, bungo intan, keluk paku, bunga melati, durian pecah, dan bunga sulur. Setiap motif tentu saja memiliki makna tersendiri. Motif durian pecah, misalnya, mempunyai makna akan kesuburan dan hasil bumi yang melimpah. Motif bunga melati merupakan lambang keindahan perempuan, sementara motif angso duo pada tenunan songket jambi merupakan lambang dari Jambi sebagai Tanah Pilih Pesako Betuah.

 

3. Sulawesi

Sulawesi juga memiliki beragam jenis tenun yang terkenal di kalangan desainer. Sebagai contoh adalah tenun Buton dari Sulawesi Tenggara, tenun Celebes dari Sulawesi Selatan, dan tenun Donggala dari Sulawesi Tengah.
Tenun Donggala
Disebut juga dengan Buya Sabe, biasa digunakan sebagai pakaian pesta untuk orang tua, menjamu tamu dari luar, juga pakaian dalam acara-acara duka. Bahkan, pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, telah mengeluarkan aturan bagi PNS untuk berseragam tenun Donggala pada setiap akhir pekan di kantor. Proses pembuatan tenun Donggala, tergantung corak tenun.

Kain Tapis
Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung berbentuk kain sarung yang dibuat dari tenunan benang kapas dengan motif-motif beragam, seperti motif alam, flora, dan fauna yang disulam (sistem cucuk) dengan benang emas dan perak. Tenunan ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah. Menurut Van der Hoop, sejak abad II Masehi, orang-orang Lampung telah menenun kain brokat yang disebut nampan dan kain Pelepai. Kedua hasil tenunan tersebut memiliki motif-motif seperti motif kait dan konci, pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal, binatang, matahari, bulan, serta bunga melati. Setelah melewati rentang waktu cukup panjang, akhirnya lahirlah kain tapis Lampung. Orang-orang Lampung terus mengembangkan kain tapis ini sesuai dengan perkembangan zaman baik dari segi teknik pembuatannya maupun motifnya.

4. Jawa
Walaupun pulau Jawa lebih terkenal dengan beragam batiknya, namun ada sebuah kemungkinan bahwa dulu, jauh sebelum dikenalnya batik, teknik tenun ikat telah terkenal terlebih dahulu. Menurut para arkeolog, relief pada candi-candi peninggalan abad ke-14 menyerupai motif-motif ragam hias batik. Namun, Matiebelle dalam bukunya yang berjudul “Splendid Symbol, Textiles and Tradition in Indonesia (1977)” mengatakan bahwa kemungkinan motif tersebut tidak hanya diterapkan pada batik saja, melainkan sudah terlebih dahulu ada pada kain TENUN ikat.
Terlepas dari sejarah tenun di pulau Jawa, ada beberapa daerah di Jawa yang memiliki tenun dengan motif-motif indah bahkan dilirik di mancanegara, seperti tenun Baduy dari Banten, Jawa Barat dan tenun troso dari Jepara, Jawa Tengah.

5. Bali
Bali juga memiliki berbagai macam tenun yang digemari baik oleh desainer lokal maupun internasional, seperti tenun gringsing dari Karangasem, tenun cepuk dari Nusa Penida, dan tenun endek.
Tenun Gringsing
Atau disebut juga wastra gringsing dibuat dari benang kapas dengan beragam motif yang dibentuk dari tenun ikat ganda (mengikat benang lungsi dan benang pakan sekaligus). Konon jenis tenunan ganda seperti ini sangat langka, hanya terdapat di Jepang juga India, selain Indonesia. Pembuatannya memerlukan waktu cukup lama, mulai satu sampai lima tahun lamanya, dan dilakukan dengan teknik yang sukar. Nantinya, hasil tenun gringsing ini akan membentuk pola geomteris rapi yang serasi dan indah.
Wastra gringsing ditenun oleh masyarakat desa Tenganan Pagringsingan. Akan tetapi proses pencelupan warna nila dan cokelat justru dilakukan di desa lain. Karena hal tersebut dianggap tabu jika dilakukan di desa yang sama. Oleh karena itu, proses pencelupan warna nila biasanya dilakukan di desa Bug-bug dan warna merah kecokelatan dilakukan di desa Nusa Penida.

Tenun Endek
Tenun endek menggunakan teknik tenun ikat dengan penyempurnaan ragam hias pada bagian-bagian tertentu di kain dengan menambahkan coletan yang disebut nyantri. Nyantri adalah penambahan warna dengan goresan kuas dari bambu seperti orang yang melukis. Motif nyantrinya beragam, seperti flora, fauna, juga motif-motif yang diambil dari mitologi Bali dan wayang. Tenun endek ini juga banyak diberi kombinasi songket benang emas atau perak yang terdapat pada hiasan pinggir kain.


6. Lombok
Ya, sekarang kita pergi beranjak ke pulau berikutnya! Pulau Lombok.. Tidak hanya menyimpan keindahan alam maupun seni budaya, Lombok juga memiliki kerajinan tangan yang unik, yakni tenunannya dengan motif-motif yang cantik juga khas.
Tenun Sasak
Desa Sade adalah salah satu sentra produksi tenun Sasak yang terkenal di Lombok. Kaum wanitanya melakukan pembuatan tenun dengan cara-cara lama, mulai dari pembuatan benang tenun yang menggunakan bahan-bahan alami seperti serat nanas, serat pisang, kapas, kulit kayu; juga dalam hal pewarnaan yang menggunakan bahan-bahan dari alam, seperti warna kuning dari kunyit, coklat dari kulit kayu, merah dari daun sirih, dan ungu dari nila.
Tenun Bayan
Ragam corak tenun yang berbeda juga dapat ditemui di Kecamatan Bayan, Lombok Utara. Di daerah ini, kain tenun dengan corak tertentu bahkan wajib dimiliki oleh warga masyarakat adat. Sebagai contoh, kain tenun seperti londong abang (kain merah) wajib digunakan ketika menghadiri acara ritual adat, seperti maulidan, lebaran, dan ngaji makam.
Pembuatan tenun Bayan cukup rumit dan sulit. Semua proses pembuatannya menggunakan peralatan kayu dan bambu yang dioperasikan secara manual. Waktu pengerjaannya bisa sampai dua mingguan. Dalam proses ini walau mungkin sama dengan yang terdapat di tempat-tempat lain, namun yang membedakan antara tenunan Bayan dengan tenunan luar Bayan adalah setiap corak yang dibuat menggambarkan pemakainya berasal dari gubug atau kampung tertentu di Bayan.

0 komentar:

Posting Komentar